Showing posts with label breathless. Show all posts
Showing posts with label breathless. Show all posts

Tuesday, 17 May 2016

yang ditunggu

Hal terbaik dari menangis dibawah guyuran hujan dan diatas motor yang sedang berjalan di jalanan adalah tak seorang pun akan menyadari dan memperhatikan. Air mata sibuk bercampur dengan percikan hujan atau cipratan dari kendaraan lain. Namun hal ini lebih baik ketimbang bersembunyi di ruangan tak terpakai dan jauh dari keramaian dengan resiko kepanasan. Tetap dengan konsentrasi penuh mengendarai motor, aku seolah melihat potongan-potongan kejadian dan jalan hidup yang kupilih di masa lalu.

Aku tidak pernah merasakan indahnya proses pelamaran seperti pasangan-pasangan romantis lainnya. Aku tidak merasakan bahwa aku memang satu-satunya wanita yang ingin dinikahinya. Kami memutuskan untuk menikah hanya karena sudah waktunya. Karena desakan keluarga. Karena tuntutan usia yang menginjak kepala 3. Tidak ada kejutan, tidak ada drama ataupun sandiwara. Meski demikian, aku bersyukur pada akhirnya dia bisa menikahiku.

Hari berganti hari hingga bulan berganti bulan, sesuatu yang ditunggu setiap pasangan setelah menikah tidak nampak hilalnya. Dan manusia di sekeliling seolah ga pernah lelah bertanya, memojokkan dan menyuruh. Mungkin mereka lupa bahwa anak adalah rejeki. Mungkin anak bisa “dibeli” dengan cara inseminasi atau bayi tabung, tapi kami tahu kemampuan kami. Bisa hidup dan makan keesokan hari saja kami bahagia.

Setelah genap setahun, aku mempertanyakan kembali bahagia seperti apa yang sebenarnya aku inginkan. Bahagia karena melihat teman-teman diluar bahagia dengan kehamilan pertamanya, atau keduanya?. Bahagia karena bisa makan dan menyebabkan berat badanku naik 10 kilo karena aku malas menjaga tubuh dan rambutku yang tertutup hijab?. Bahagia karena hubungan pernikahan kami yang seumur jagung namun mengalami pasang surut dan kehilangan romantisme pasangan?

Andai aku hamil, suamiku pasti menghujaniku dengan perhatian. Keluarga pasti berhenti mempertanyakan, teman-teman mengutamakan. Setidaknya, aku ingin merasakan itu.

Lalu, apakah yang aku inginkan sebenarnya adalah hamil dan punya anak, atau hamil untuk sekedar mendapatkan perhatian?.

Kemudian aku tahu. Dari segi apapun mungkin aku belum siap. Aku tidak benar-benar menginginkan seorang anak. Perhatian suami akan terbagi dengan anak. Perhatian keluarga ga lagi untukku. Emosi dan fisikku akan terkuras untuk membesarkan anak ini, sementara sekarang hanya berdua saja aku sudah merasa kelelahan. Tetapi aku egois jika aku tidak berusaha, karena suamiku menginginkan anak. Keluarganya dan keluargaku pun demikian.

Mungkin aku mengharap terlalu tinggi. Kata orang, mumpung belum punya anak pacaran dulu aja. Tapi aku lelah karena suamiku adalah orang yang paling tidak romantis. Memesankan kue tart setiap ulang tahun ku pun adalah permintaanku sendiri. Sebaliknya, aku selalu memberi yang tidak pernah dia minta. Sehingga sewaktu-waktu aku ingin dia membalas hal yang sama seperti yang aku lakukan padanya.

Hingga suatu ketika kekesalanku memuncak, aku tidak ingin pulang. Tidak ingin melihatnya untuk sementara waktu. Tidak ingin berhadapan dengannya. Tapi aku tetap pulang, lalu menata pakaian-pakaianku kedalam tas dan berencana tidak pulang esok harinya.



Aku kalah 

Tuesday, 27 August 2013

Kita Bisa

Menjalani sesuatu yang terus-terusan terkadang buatmu bosan. Ya kan?

Bukan tentang Mencintainya. Ini adalah cerita tentang penolakan keluarga dari pihak pasangan.
Aku, satu dari antara banyaknya jiwa yang pernah atau sedang mengalami, hal ini bukanlah pertama kalinya terjadi dalam hidupku. Sebenarnya aku sudah bosan ditolak. Tapi inilah aku.

Sebelum jatuh cinta, aku selalu siap menerima resiko. Aku juga siap memberi sebanyak-banyaknya cinta yang bisa aku beri. Dan aku siap jatuh kemudian bangun lagi karena disakiti. Tapi yang ini berbeda. Aku menua, aku tak lagi sama. Aku ingin mencintai dan dicintai olehnya lebih lama lagi dan selamanya. Aku ingin terbangun dipelukannya, mencium pipi dan mengucapkan selamat pagi, mencium punggung tangannya setiap hendak beraktivitas, menyiapkan kopi, snack pagi hingga makan malam, memijit dan mengusap-usap kepalanya sebelum tidur dan kemudian tertidur di pelukannya kembali.

Tidak pernah ada kata terlambat, meski begitu, aku merasa terlambat menjalani satu hal yang sebenarnya aku yakini sejak lama tapi aku takut untuk melangkah. 

Kekasihku muslim, dan aku kristiani. Aku ber-syahadat baru setelah 3 tahun lebih kami berhubungan.

Waktu itu, tanggal 28 Maret 2013, lewat seorang teman Mama aku dikenalkan oleh seorang Ustadz. Keesokan harinya, aku langsung memberanikan diri untuk berangkat menuju pondok pesantrennya di sekitar Jl Sememi menuju ke Gresik. Ditemani oleh Mama dan temannya, aku tidak mengatakan padanya bahwa aku hendak berikrar, aku jujur aku juga tidak ingin dianggap hanya "demi dia".

Kenyataannya, proses Ikrar yang cepat tanpa adanya pelatihan kini membuatku kesusahan. Surat memang sudah ditangan, namaku mungkin sudah tercatat sebagai Hamba-NYA. Tapi hanya lewat buku dan mp3 aku mendengar dan belajar. Doa-doa tertentu pun aku belum hafal. Aku belum berani mengakui pada dunia, kini aku beragama Islam, karena aku tahu aku belum sepenuhnya menjadi umat yang sempurna. 

Aku menutupi dari teman-teman, baik yang diluar maupun didalam kantor. Keluargaku sendiri sangat menghargai adanya perbedaan, jadi mereka mendukung asalkan aku benar-benar serius menjalaninya.
Beberapa hari lalu, kekasih mengajakku kerumahnya. Ya, setelah hampir 4 tahun. Sebenarnya mereka orangtuanya sudah tahu bahwa anaknya "berteman" denganku. Ternyata, sampai aku bertemu mereka lagi, aku masih diharapkan hanya berteman saja dengan anaknya.

Islam memberi sebuah "beban" kepada seorang lelaki yang menjadi suami dan ayah. Dosa istri dan anak-anaknya lah yang akan Ia tanggung. Surga pun akan Ia miliki jika istri dan anak-anaknya taat padanya. Kebetulan Bapaknya memiliki 3 anak, lelaki semua (dan aku mencintai salah satu anaknya), anak-anak lelakinya itu harus menjadi teladan bagi orang tua dan istri serta keluarganya. Sebagai seseorang yang baru belajar, aku paham. 

"Bapak ini termasuk Tokoh Masyarakat. Gini-gini Bapak punya 200 Santri disini. Apa kata orang-orang kalau tau anaknya memilih perempuan yang berbeda keyakinan"

"Aris usianya masih 25. Kakak-kakaknya menikah diusia 29. Bapak juga menikah diusia 29."

"Iya memang mualaf. Tapi nanti entah anakmu, cucumu, atau keturunanmu yang selanjutnya bisa saja kembali ke jalan itu."

"Kalau KTP belum ganti dan belum bisa sholat, ya belum Islam."

"Saya ini istilahnya sudah menunggu waktu. Sudah tua. Saya juga ga peduli anak saya menikah dengan orang yang cantik, jelek, kaya, miskin yang penting keyakinannya sama."

"Bapak ga apa-apa kalo kalian berteman. Sampai kapanpun berteman. Ga apa-apa. Jadi tolong ya dipikir yang matang-matang."

Aku sudah tahu kemana arah pembicaraan ini. Aku mualaf atau tidak, aku sudah dianggap tidak memiliki darah Islam dari sejak awal karena para leluhurku. Ingin rasanya aku ceritakan semua, tapi selama itu aku cuma bisa tersengguk-sengguk menahan airmata dan ingus tumpah membasahi seluruh wajahku.

Aku anak perempuan pertama Eko dan Etty. Eko anak pertama dari pasangan Bapak dan Ibu Samingoen Wirjoatmodjo, Etty anak pertama dari pasangan Bapak dan Ibu Benny Tedja Surya. Mungkin karena mereka berdua berinisial E, mereka memutuskan anak-anaknya berinisial F. Seiring dengan usiaku yang bertambah, aku mengetahui bahwa Oma dulunya Islam, karena kemudian menikah dengan Opa, beliau mengikuti keyakinan Opa. Saat Eko dan Etty menikah pun melalui gereja dan menjalani akad menurut Islam juga. 

Memang perbedaan tak selamanya indah. Mungkin suatu kebahagiaan ada masanya. Dan rumah tangga mereka pun berakhir tepat diusiaku yang ke 11. Dadaku masih rata, mens-pun aku belum. Aku tumbuh dengan memilih sendiri miniset yang sampai SMP pun masih kedodoran, memasang pembalut sampai berlapis-lapis karena saking takutnya menembus rok sekolah. Betapa ga enaknya jadi perempuan yang sudah harus ditinggal orangtua diusia segitu. Aku tidak memiliki kekuatan mempersatukan mereka kembali.

Sebagai anak yang merasa kurang perhatian dan tidak memiliki kemampuan membahagiakan orangtua di kala muda, aku menginginkan calon mertua yang sangat sayang dan akan aku sayangi sepenuh hati seperti orangtuaku sendiri. Tapi ternyata hidupku belum juga dimudahkan. Atau mungkin akunya saja yang mempersulit. Karena bebereapa waktu lalu aku mengetahui, ternyata Etty bukan anak pertama dari Bapak Benny, tapi dari Bapak Bambang, orangtua kandung Etty yang wafat dalam tugas sebagai Angkatan Udara. Dan Beliau Islam. Etty pun menuruti untuk berpindah agama karena Opa, tapi di masa tuanya Ia kembali pada Allah. Jadi sebenarnya aku ini ga ada darah kristiani?. Aku memang dibaptis sejak bayi, tapi darah tetaplah darah. Aku pun tidak membenci apapun yang diajarkan, malah dari situ aku kagum atas toleransi antar umat beragama. Dan jika kemudian aku kembali berjalan di jalan Allah, mungkin memang karena dari situlah aku diciptakan.

Aku merasa akan dianggap mencemarkan keturunan Bapak jika kekasihku nekat menikah denganku. Karena Bapak mengucapkan apa saja yang pada intinya tidak membolehkan kami bersama. Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepalaku dan kapan saja mampu menumpahkan airmataku kembali.

Tapi aku ingat dia, kekasihku. Tak hentinya dia membelaku dihadapan orangtuanya sampai aku harus menepuk pelan pahanya untuk membiarkan Bapak menyelesaikan kata-katanya. Dan kemarin, untuk kesekian kali aku membuatnya menangis, aku tahu kali ini tangisannya yang paling memilukan buatku. Bukan hanya karena aku melihatnya langsung, dan bukan karena aku telah mengkhianati dan menyakitinya. Aku adalah perempuan pertama dalam hidupnya yang berbeda semua-muanya yang bisa membuat dia berkata, "Jangan tinggalin aku, hunz. Kita pasti bisa jalani ini. Aku sayang kamu..." 

Kami berpelukan dan menangis bersama. Dia lelaki tegar dan sabarnya luar biasa terhadap aku. Dan kali ini dia tidak bisa menyembunyikan emosinya. Suasana mendadak sendu dan menyayat hati. Yang terdengar cuma isakan kami dan sebutan "YA ALLAH" yang berkali-kali terucap dari mulutnya. Dalam tangis aku berdoa, "Ya Allah, ampuni aku karena telah meminta ini padaMU. Jangan biarkan siapapun memisahkan kami kecuali oleh Engkau ya Allah."

Segala tamparan dan cobaan tak lain dan tak bukan adalah untuk menguatkan kami. Ini belum seberapa dengan apa yang mungkin akan kami hadapi di hari lain. 

"Kamu yakin sanggup jalani rumah tangga sama anak saya nantinya," tanya Ibu.
"InsyaAllah Sanggup Bu." jawab saya percaya diri.


officehour with tears 27/8/13

Tuesday, 30 April 2013

satu dari dua pilihan

“If you love two people, pick the second person. Because if you love the first person truly you wouldn’t have fallen for the second”

I disagree.

Jangan memilih orang yang kedua. Karena akan selalu ada orang kedua lagi dalam hidup kita. Bila kita terus mencari yang terbaik, tidak akan ada habisnya. Diatas langit ada langit.

Ingat dan pikirkan, apa yang buatmu jatuh cinta padanya.

Apa yang membuatmu bangga dicintainya.

Siapa yang selalu ada di susahmu.

Jangan berhenti mencintai orang pertama.

Aku berhenti di kamu, orang keduaku.

Sekali dalam seumur hidupku, aku memilih untuk mencintai dia orang kedua.

Tapi Tuhan tak berhenti padamu. Dia mengirim ujian, satu persatu, datang dan pergi.

Tuhan mencoba menggoyahkan aku. Menggoyahkan dia.

Berkali kali kami lolos, berkali kali kami jatuh.

Satu yang aku sadari kenapa aku tidak menyesali memilih bersamanya.

Hanya dia yang sangat yakin bisa membawaku kembali mencintainya. Ketika orang lain memilih pasrah dan pergi, dia gigih.

Aku mencinta sekaligus membenci dia berkali kali sejak pandangan pertama kali.

Dan semoga seterusnya

Itu cuma proses

“Never leave the person you Love for the person you Like; because the person you Like will leave you for the person they Love”

Monday, 7 May 2012

copying D's note



"Enamorarse de Claudia"


"lihat ke langit..bintang berjatuhan karenamu.."

kata-kata sederhana….namun cukup mencairkan kebekuan hati…

sudah lama sejak pujangga ini menganggur..dia cuma duduk termenung di sudut otak…

sudah lama sejak cupido menembakkan panah kecilnya..

sudah lama sejak aphrodite lupa akan namaku…

aku sudah merasa ada yang beda..

walau sama tersesat di dunia maya…terpisah dinding, udara, elektrik, dan binari

dan dia memang berbeda…

setelah rasakan kenyataan..bukan sekedar ucapan manis tersusun alfabet

setelah hangat merasuk..dan nadi berdetak lebih cepat…

walau jalan masih lebih berkabut dari East End…takkan tersesat

semoga bukan euforia semata…karena hati kecil terus berbisik

semoga bukan kesenangan sesaat…karena dia terlalu indah untuk jadi nyata

semoga aku bisa menjaganya…







written by Dikie Nugraha, 14 Maret 2006

Sunday, 18 September 2011

mata-matanya lelaki

Ketika aku menilaimu berbeda dengan pria kebanyakan, aku cukup yakin dua tahun berlalu tanpa kau mengkhianati aku. Tapi mengetahui ada beberapa hal yang kau sembunyikan dan baru aku ketahui berbulan-bulan setelahnya, aku mulai sadar bahwa penilaianku salah. Kau tetaplah Pria. Sama seperti pria-pria diluaran sana. Dan aku bukanlah wanita yang selama ini aku pikir, bahwa aku telah memenangkan kompetisi dengan banyak wanita muda, seksi, cantik diluar untuk mendapatkan hati, jiwa dan ragamu karena aku luar biasa memiliki kelebihan dibanding mereka.
Siapa sangka, dalam semalam kau berhasil menjatuhkan dinding kepercayaan diriku yang sudah lama aku bangun dengan susah payah selama dua tahun belakangan. Mengetahui bahwa usia tak lagi muda, sepertinya sudah bukan saatku lagi berkompetisi karena aku tahu bahwa aku akan kalah. Lebih baik menerima kenyataan bahwa semua pria memang suka "memata-matai".

Friday, 2 September 2011

semoga berjodoh

Orang-orang boleh datang dan pergi dalam hidupku. Tapi menemukan yang "aku" banget, dan dia juga yang sangat menyayangi aku, adalah suatu kebodohan jika aku sampai melepasnya. Usia pun bukan suatu halangan untuk menyatukan perbedaan, dan meski Cinta tak bisa digunakan untuk membeli makanan, tapi apa yang sudah digariskan tak bisa dielakkan.
Allah-ku yang Maha Tahu, biarlah apa yang menjadi uneg-unegku menjadi rahasia kita berdua. Biarlah Engkau yang mengatur hidup, rejeki dan jodohku. Biarlah Engkau sendiri yang membukakan jalan menuju padaMu tanpa ada paksaan dari manusia lain.
Aku yakin dan percaya, bila Kau sendiri yang menuntun aku, tak akan ada hal yang mustahil. Dan bila Ia jodohku, aku yakin Engkau akan meluluhkan hati orang-orang terdekatnya.
Jangan biarkan Ia pergi dari aku ya Allah...

Thursday, 18 August 2011

rumput tetangga lebih hijau


Suatu hari seorang teman tersenyum lebar. Teman yang lain menyoraki minta traktiran. Damn, ia mendapatkan sesuatu yang aku inginkan dari dulu. Dan dengan bangganya ia menceritakan ke semua orang. Ego saya berbicara dalam hati, “Cukup deh, masih ga puas juga kamu pamer dan ga ngerti gimana perasaanku?” mungkin ini timbul karena aku merasa aku bukan orang yang suka show off kalo punya sesuatu yang baru dan membiarkan orang-orang tahu sendiri tanpa harus berkoar-koar dan bikin pengumuman, jadi aku suka risih sendiri kalo ada yang begitu.

“Dasar sombong,”

Atau
Aku yang kelewat iri?

Suatu ketika ada teman pula yang bercerita, kalo dia pengen pindah kerja hanya karena “cuma” bergaji 4 juta sekian sedangkan temannya yang lain bergaji 6 juta sekian di perusahaan lain (itu baru level staf bukan supervisor atau manager). Aku bilang aja, “Udah deh syukurin aja, toh kamu baru masuk ini. Tar kalo da promosi pasti naek juga tu gaji, belom lagi tunjangan kesehatan, pesangon, pensiun seumur idup sampe mati…”  Taruhan deh, meski dia bergaji 10 juta ngalahin temennya itu pasti tetep aja dia ngeliatnya ke atas, iri ma yang gajinya 15 juta mungkin.

Sudah jadi sifat dasar manusia sering ga puas dengan apa yang sudah ia miliki. Tentang apa aja deh, fisik, materi, keluarga, kesehatan, pasangan dan lain-lain. Milik orang lain selalu tampak hebat di mata seseorang. Iri ada bagusnya sih, kalo hal itu dibikin untuk memacu semangat berbuat atau menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Tapi engga banget deh kalo iri ke arah yang negatif. Ini salah satu kebesaran Tuhan memberi berbagai emosi pada manusia, tinggal gimana mereka mengolahnya.

Balik yang tadi, apa aku kelewat iri?
Bersyukur emang susah ya, tapi kalo dilanda api “iri” aku akan mengalihkan perhatianku ke tempat lain. Suatu tempat yang pastinya lebih rendah dari tempatku berdiri dan sementara waktu enggan mendongak ke atas. Berkata dalam hati, “Itu yang aku inginkan, tapi jika aku ga mendapatkannya, berarti bukan itu yang aku butuhkan”
Dan aku yakin, teman yang mendapatkan sesuatu yang aku inginkan itu, pasti ada satu dua hal yang bikin dia iri juga sama kelebihan aku…haha, pede banget yak..namanya juga,  rumput tetangga akan selalu lebih hijau. 

Saturday, 13 August 2011

emosiong

aku cuma mau marah disini, nobody wouldn't notice if i ain't share it to the social network right?..ada berapa orang sih yang rajin nengok babimerahmuda-ku?
so yeah, aku pengen marah.
marah karena selalu aku yang disalahkan tanpa mau melihat dan introspeksi dirinya sendiri.
marah karena aku capek harus hormat dan ngertiin orang lain tanpa dihormati dan dimengerti balik.
marah karena aku capek harus ngalah hanya karena aku perempuan dan lebih tua.
marah karena aku sudah ikhlas kalo memang dilepaskan tapi faktanya aku selalu diminta kembali.

aku marah kenapa begitu memuja dia yang tak memujaku

Monday, 8 August 2011

kebetulan

ada berapa kemungkinan persahabatan terjadi berawal dari yahoo messenger, ngobrol secara acak di chat room, iseng online ditemani secangkir kopi dan rokok?

1:10? or more?

Kebetulan sekali aku bisa mengenal sosok Dikie Nugraha. Yang waktu itu masih kerja di Lantai 5 daerah Klampis. Yang pinter desain grafis dan memilih kata dalam setiap tulisannya. Yang tergila-gila sama buku-bukunya Dee. Yang pernah rela nahan ga ngerokok di depanku. Yang sangat supportif dan perhatian ke orang-orang yang dia sayangi. Yang kemudian aku panggil Mon karna shio nya Monyet..hahah.


Kebetulan aku pernah maen ke Losmen, sebutanku untuk rumah kontrakan yang ia tinggali dengan beberapa teman lainnya. Yang sebelahnya selalu rame anak-anak band latihan dan nongkrong. Yang si pemilik rumah sering marah-marah ga jelas. Yang konsumsi tetapnya nasi goreng atau tahu tek. Yang isi rumahnya cuma meja makan, kompi, dan kasur tanpa dipan, ga lupa exhaused fan.

Kebetulan
Sampe, akirnya pindah kos dan lost contact karna dianya juga sibuk di dunia percintaan dan band.
Sampe, aku penasaran liat bandnya maen.
Sampe, aku maksa-maksa temen buat nemenin ke Colors.
Sampe, dia mengenalkanku sama bassistnya:D

Kebetulan aku sedikit tahu cerita-cerita bidadari yang pernah mampir dalam hidupnya. Juga cerita pengalaman "selalu" ga disukain ma camer. Alhamdulillah ya (Syahrini style), yang kali ini enggak gitu lagi...and yeaaah, she's sooo lovely:)

Ga kerasa, tu taon brapa kenal dia yah...jaman friendster dah. Eh sekarang si anak perantauan itu mo merantau lagi lebih jauh. Bali doank sih:D, tapi karna terbiasa jadi ngerasa ada yang hilang. Moga makin sukses, tattoonya dijamin nambah lagi, tambah berisi, tambah makmur, dan tercapai target-targetnya di tahun depan. Amiiin.

ngomong-ngomong, aku percaya kebetulan itu sudah ada yang mengatur, sama seperti rejeki dan jodoh. Beruntung sekali aku jadi temannya:D

take care then,
Jesus bless U:)

Wednesday, 3 August 2011

august'11

Agustus kali ini bulan berkah. Bulan mencari pengampunan. Bulan menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. Dan baru aku sadari, sakit yang aku rasa kemarin di akhir bulan Juli memang ada hikmahnya. Inilah kesempatan bagi kami untuk membersihkan diri. Terlepas dari siapa meninggalkan siapa, terima kasih telah mau bersikap tegas. Sebagaimana aku sampaikan, tak akan ada rasa yang hilang. Meski terjadi penolakan, tapi aku yakin kesabaran akan membuahkan hasil indah nantinya. Tak akan ada dendam, karena aku percaya pada Karma. 
Tapi dalam cerita ini tak ada yang salah, karena CINTA tak pernah salah:)

Saturday, 30 July 2011

matahariku tenggelam

Bayangin aja kalo dunia tak ber-mentari. Bahkan bulan dan bintang pun membutuhkan pedarnya untuk dapat bercahaya. Seperti inilah duniaku sekarang. Yang aku bisa rasakan cuma dingin dan beku. Karena matahari yang menghangatkan duniaku sudah pamit...

Saturday, 9 July 2011

sleeping beauty



..When you wake up in the morning, kiss your loved one on the forehead and wish them a good day

Tuesday, 5 July 2011

17th

kemarin, tepatnya senin dini hari..si dia menulis status "Nyesek".
aku tau tentang apa.
dan kemarin senin siang, kami perang ego.

sekarang lagi musim kawin, kami para scorpio malah musim melajang.
kami? siapa saja?
ga perlu di-mention disini, biar cukup kami saja yang tahu.

what's next?
aku pasrah. relationship status udah diganti. profile pic diganti pula. olehnya, bukan aku.
aku deaktif.

menangiskah aku? iya.
pucatkah aku? iya.
sakitkah aku? jangan, aku harus menyambung hidup dengan badan sehat dan pikiran jernih.

buat kamu yang merasa.
semoga kamu bahagia dengan keputusan itu.
semoga memang ini jalan yang ditunjukkan padamu, agar kamu mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.

seventeen isn't always sweet :')

Tuesday, 21 June 2011

apa itu...?

kata orang,
kata pepatah,
kata tagline film PUPUS,

"bila kamu mencinta seseorang, biarkan dia pergi.
bila dia kembali, dia akan menjadi milikmu selamanya"

dan konon, itulah yang dinamakan CINTA

Monday, 20 June 2011

embun dari surga


Mata selalu berbicara. Mata tak pernah berbohong. Bahkan sekarang saat mataku sedang berembun...

"Mbak...terima kasih ya," kata seorang tamu padaku, setelah kusampaikan keinginannya bertamu pada salah satu bos di kantor.
"Mbak, ga pa pa kan?, aman smua?," lanjutnya. Aku menganggukkan kepala, sambil menahan embun itu keluar dari liang mataku.

Aku rasa, menangis adalah salah satu hal yang sangat manusiawi. Meski tidak dianjurkan untuk dilakukan di beberapa tempat, tapi aku cuek aja ketika terlihat basah oleh orang lain di kantor. Kalau memungkinkan malah, aku lari ke sebuah ruangan yang tidak terpakai dan menjerit-jerit disana. Lebay? aku tak peduli orang lain, toh tidak terdengar. Aku lebih peduli untuk membuang seluruh resahku bersamaan dengan cucuran air mata, dibandingkan harus ku tahan dan ku endapkan sampai menjadi kerak yang menghancurkan tubuhku perlahan.

Dan kali ini pun begitu. Aku benci tak bisa melihat matanya saat kami berbicara. Aku benci dia tidak bisa melihat kejujuran yang terpancar dari mataku (Hey, aku percaya diri aku tidak bersalah, karna aku memang tidak melakukan kesalahan). Aku benci saat aku dan dia harus berdebat saat aku sedang berada di kantor.

Tapi tangis tetaplah tangis. Tak menyelesaikan masalah. Namun, mampu mewakili perasaan yang tak mampu kuungkapkan lewat kata. Mampu melegakan hatiku. Dan mampu meluruhkan keegoisan juga emosi tinggiku.


“Perhaps our eyes need to be washed by our tears once in a while, so that we can see Life with a clearer view again.” ~Alex Tan


Friday, 27 May 2011

big GRIN






HIDUP ga selalu kasih kamu senyum dan tawa, jadi sebisa mungkin KAMU yang kasih hidup senyum dan tawa :)



                photo by:  kumara photography

Saturday, 14 May 2011

wanna hear: "lady i know u're the one for me"

kemaren siang aku ngucapin Selamat Ulang Tahun ke salah satu sepupu yang sedang berulangtahun. Sekarang, aku sedang menyantap “traktiran” berupa beberapa jenis masakan Chinese seperti nasi goreng, mie goreng, dan koloke. Selama makan, aku berpikir tentang satu hal. Mie gorengnya enak, beli dimana ya ini…hahah..(makanan mulu bahasnya). Bukan…saya berpikir atau lebih tepatnya kagum.

Jadi ceritanya, sepupu satu ini uda married dengan embel-embel by accident. Dengan segala keterbatasan, ketidaksiapan mental, mau ga mau mereka harus menikah, karna kamu tahu lah norma negara kita ini. Niat dari si pria pun akhirnya memuluskan segalanya, bahwa dia bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Sehingga semua tampak dilancarkan oleh-Nya. Sewa mobil, sewa baju pengantin, souvenir, pemberkatan di Gereja, ramah tamah, semua ada yang sponsorin dan hanya dipersiapkan dalam 2 bulan saja. Setelahnya, cari kos-kosan untuk tinggal berdua, check-up kandungan, sampai melahirkan juga dimudahkan. Padahal sebelumnya aku sempet meng-underestimate-kan pasangan ini, agak susah survive dengan segala keterburuan itu. Yang cewek bekerja sabagai sales promotion, yang cowok salah satu akunting di sebuah perusahaan maskapai penerbangan yang sebenernya, ga gede-gede amat gajinya.

Lalu, apa yang saya makan sekarang ini?
Kok dia mampu dan sempet beli traktiran gini sementara dia juga harus beli susu, bubur, bedak dan pampers?
Padahal aku sendiri masih single, duit gaji belum buat siapa-siapa, pas ulang tahun cuma bisa traktir bakso buat orang rumah. 
Dari situ aku semakin percaya dengan omongan temen-temen kantor bahwa menikah, tidak akan membuatmu miskin. Akan ada rejeki nya sendiri.

Bagi yang lebih memilih calon pendamping atau yang telah memiliki pendamping yang mapan, itu rejeki mereka. Tapi kalo aku, se-realistis apapun, lebih suka bila nantinya kami memulai dari nol bersama-sama. Dari tidak punya apa-apa sampai (harus) punya apa-apa, karena dari situlah sebuah pernikahan diuji. Terlebih bila biasa terhantam badai, maka akan semakin dewasa dan kuat dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik-konflik dalam rumah tangga.

Sekarang, aku lihat pasangan-pasangan muda di kampungku semakin bertambah jumlahnya. Beberapa terlihat seperti wajah-wajah orang daerah, yang datang ke kota serba pas-pasan tapi mereka berani nikah.
Jadi menurut saya cuma satu hal yang paling mendasar yang dibutuhkan untuk menikah. NIAT.

Ada alasan “keburu umur”.
Ada alasan “didorong terus-terusan sama pasangan dan keluarga”.
Ada alasan “ udah cape ganti-ganti pacar”

Apapun alasannya, yang penting mereka telah “BERNIAT” Dan seringnya, si pria-lah yang memiliki priviledge untuk membuka peluang ke arah sana. Karena memang sudah seharusnya begitu. Jarang sekali ada kasus wanita yang melamar pria, bukan begitu?.

Jadi, berbahagialah kamu para wanita yang telah terpilih menjadi ‘The One’. Diakui atau tidak, itu momen paling kamu tunggu seumur hidupmu.

Lalu aku kapan?
Bukan sekarang, bukan besok, tapi suatu saat aku pasti menemukan kebahagiaanku.
Karena Tuhan telah bersabda, semua akan indah pada waktunya.
AminJ

Wednesday, 27 April 2011

Rabu (selalu) Kelabu

setelah sekian lama yah...
sampai juga ke hari rabu yang kesekian tahun ini. aku perhatikan setiap hari rabu pasti ada aja kejadian yang bikin drop. aku menjadi (sangat) ga suka hari rabu. salah aku yang men-sugesti diri terhadap hari rabu atau memang hari rabu selalu bawa sial buat aku. hanya Tuhan yang tahu.

hari ini, dimulai dari semalam...kami bertengkar. aku dan si dia. jujur sampai sekarang, aku masih ga enak hati..ditambah dengan sebuah DM di twitter.
hari ini, kabar baik yang aku tunggu tiba...tapi kabar baik itu ga lama menjadi mimpi buruk.
hari ini, masih ada 12 jam lagi...apa yang akan terjadi ya Tuhan...

apakah aku lupa bersyukur padaMu ketika aku senang?
apakah aku lupa berbagi ketika aku berkecukupan?
apakah Kau hanya ingin menyadarkan aku bahwa yang aku lakukan salah dan belum cukup menyenangkan Mu...

apapun maksudMu, beri aku kekuatan untuk tetap berpikir jernih agar bisa menghadapi dan mencari jalan keluar yang baik.

oh, Rabu..hanya karna aku membencimu maka kamu bertubi-tubi balas menjatuhkan aku?