Friday, 24 June 2011

mama, superhero..

anak-anakku tercinta..
Mama mohon doa dari kalian..saat ini mama lagi sakit (kolesterol tinggi, asam urat tinggi, diabet juga tinggi), makanya akhir-akhir ini mama selalu kesemutan. Mungkin karena stres, belum mikirin kehidupan mama yang berhubungan dengan Pa Yudi. Mama mohon dengan hormat pada kalian, jaga diri ya nak, supaya juga jangan sering pulang lebih dari jam 11 biar mama ga tambah kepikiran keberadaan kamu. Semua ini kesalahan mama yang setiap hari ga bisa menjaga kalian. Maafin mama ya nak, karena mama ternyata mama yang tidak bertanggung jawab. 
Maafin mama ya sayang, belum bisa membahagiakan kalian.
Doa mama selalu menyertai kalian.. Jaga diri yang baik ya nak. 
15-06-2011 09:21:53pm

Mama,
Aku tidak akan menyalahkan masa lalu lagi. Justru karena perpisahan itu, mama dan papa mengajarkan sesuatu dan kali ini aku belajar sendiri. Iya, hidup memang kejam. Tapi hanya bagi orang-orang pilihan seperti kita. Aku bersyukur pernah diberi kesempatan untuk berada di puncak: sangat berkecukupan, juga berada di level paling rendah: tidak punya pegangan apa-apa. Dari saat punya banyak teman, sampai ga ingin berteman dengan siapa-siapa lagi. Dari mulai cinta dengan hidup yang aku miliki, sampai mencoba mengakhiri hidup sendiri. 
Disinilah aku sekarang. Masih disini. Perlahan namun pasti, aku percaya bahwa aku diciptakan untuk sesuatu. Mungkin sekarang aku belum bisa buat mama bangga, aku belum bisa buat mama senang, tapi suatu saat pasti. Aku selalu mendoakan mama, agar mama lebih kuat lagi dari sebelumnya, lebih diberi kesehatan, dan panjang umur. Satu yang harus mama lakukan, membuang pikiran negatif yang ada dalam benak mama. Iya para dokter benar secara psikologis, bahwa stres adalah salah satu penyebab utama penyakit.

Anakku, 
betapa sedihnya kehidupan ini, cobalah untuk menatanya lebih dini, supaya esok kalian tidak akan terhempas oleh jurang kehidupan yang lebih dalam.
mulailah berkarya dan berdoa, hanya itu bekal kalian di kehidupan yang sarat akan terjal-terjal.
dan kita harus sama-sama berjuang, nak...
24-06-2011 09:49:34am


Mama,
Hal yang satu itu memang jadi kelemahanku. Aku tak rajin lagi menabung, tak suka berinvestasi, juga tak pandai berbisnis. Aku sadar suatu saat aku pasti butuh karena adanya hal-hal yang mendesak tersebut. Tak ada kata terlambat, bukan? Iya, aku akan mulai lagi.
Tapi ma, keinginan mama agar aku mencari calon suami yang telah mapan dari awalnya, susah buat ku untuk mengabulkannya. Aku tahu maksud mama sangat baik untuk masa depanku, tapi jika belum berjodoh dengan pria mapan, apa aku harus memaksakan diri mencari orang itu? 
Aku percaya padanya. Pada dia yang sekarang aku pilih.
Dan mama, jika hidup diisi dengan kesedihan, kita tidak akan bisa "hidup".


Pasrah dengan tetap menjalani hidup sebaik mungkin.
Tetap ikhlas meskipun sulit untuk diterapkan
Sabar dan tetap tersenyum pada dunia walau hati menangis
Selalu bersyukur, agar rahmat dan rejeki tetap mengalir setiap harinya

Sabar ya ma..Aku ga akan ninggalin mama. Aku bukan mengejar surga di telapak kakimu. Aku hanya sangat mencintaimu.

Tuesday, 21 June 2011

apa itu...?

kata orang,
kata pepatah,
kata tagline film PUPUS,

"bila kamu mencinta seseorang, biarkan dia pergi.
bila dia kembali, dia akan menjadi milikmu selamanya"

dan konon, itulah yang dinamakan CINTA

Monday, 20 June 2011

embun dari surga


Mata selalu berbicara. Mata tak pernah berbohong. Bahkan sekarang saat mataku sedang berembun...

"Mbak...terima kasih ya," kata seorang tamu padaku, setelah kusampaikan keinginannya bertamu pada salah satu bos di kantor.
"Mbak, ga pa pa kan?, aman smua?," lanjutnya. Aku menganggukkan kepala, sambil menahan embun itu keluar dari liang mataku.

Aku rasa, menangis adalah salah satu hal yang sangat manusiawi. Meski tidak dianjurkan untuk dilakukan di beberapa tempat, tapi aku cuek aja ketika terlihat basah oleh orang lain di kantor. Kalau memungkinkan malah, aku lari ke sebuah ruangan yang tidak terpakai dan menjerit-jerit disana. Lebay? aku tak peduli orang lain, toh tidak terdengar. Aku lebih peduli untuk membuang seluruh resahku bersamaan dengan cucuran air mata, dibandingkan harus ku tahan dan ku endapkan sampai menjadi kerak yang menghancurkan tubuhku perlahan.

Dan kali ini pun begitu. Aku benci tak bisa melihat matanya saat kami berbicara. Aku benci dia tidak bisa melihat kejujuran yang terpancar dari mataku (Hey, aku percaya diri aku tidak bersalah, karna aku memang tidak melakukan kesalahan). Aku benci saat aku dan dia harus berdebat saat aku sedang berada di kantor.

Tapi tangis tetaplah tangis. Tak menyelesaikan masalah. Namun, mampu mewakili perasaan yang tak mampu kuungkapkan lewat kata. Mampu melegakan hatiku. Dan mampu meluruhkan keegoisan juga emosi tinggiku.


“Perhaps our eyes need to be washed by our tears once in a while, so that we can see Life with a clearer view again.” ~Alex Tan


Monday, 30 May 2011

belum hitam, putih pun tidak

"Aku ingin jadi lelaki"
"Kamu kan lelaki"
"Kamu tahu lah maksudku say..."
 aku tahu. aku hafal. kalimat itu tak kamu katakan sekali dua kali.

"Ayo clubbing. Minum alkohol"
Ajak saya pada seorang lelaki yang tak boleh keluar malam oleh orang tuanya.
"Nih rokok"
Dan dia terbatuk-batuk setelah menyesap sekali saja.
"Adek aku mau futsal. Ikut gih..."
Eh lelaki ini malah pingsan kebentur bola salah umpan.

sampai beberapa usaha. tak kunjung macho.

"Aku naksir Gian, Sya.."
Lhaaaarr...
"Kamu bener-bener pengen jadi laki ya jangan jadi suka sama laki donk"

ga rela aku. dia lahir normal kok. ga ada gejala menyimpang dari awal. kecuali hobi dance-nya. dan beberapa kali ditolak sama cewek karna terlalu dandy.

dia duduk di sofa lalu mengambil koran dari atas meja. aku mendekat ke arahnya. membuka 2 kancing kemeja kerjaku. menarik tinggi rok. kemudian naik ke pangkuannya.

"Bisa berdiri gini loh"
aku merasakan ada sesuatu yang mengeras dibalik celana panjang kain itu.
"Iya"
lelaki itu diam dan hanya menatap isi rok yang telah terangkat seluruhnya.
Tanpa pikir panjang aku menciumnya bertubi-tubi. dia membalas!

*QUICKIE*

Oh God, dia temanku. tak ada nikmat. cuma ingin mengembalikan dia ke jalan yang sudah seharusnya dia jalani. bukan dengan Gian. tapi Gina kek, Agni kek......

*inhale - exhale - inhale - so on*

"Gila Sya...ternyata aku masih bisa jadi normal, ya kan...?"


"Ini cara paling bodoh buat balikin kamu"
aku tahu ini bodoh.

dia berdiri. mengambil sesuatu di tasnya. kemudian mengusap barang itu ke bibirnya.
LIP BALM.

rendevouz

Tubuhku menggeliat. Saat mata terbuka, aku berusaha mereka-reka ada dimana aku saat ini. Sebuah tangan merengkuh erat tubuhku. Degup jantungnya terasa. Ternyata kepalaku bersandar pada dadanya. Aku menatap dia. Matanya masih tertutup, tapi kemudian  karena terusik oleh gerakanku dia terbangun. 

Sebentar. 
Hanya untuk mengusap kepalaku dan kembali memelukku erat tanda mengawalku untuk tidur kembali.

Aku ingat. Beberapa jam lalu, kami menjadi satu. Udara menghangat. Nafas menderu. Ciumannya pelan dan hangat mengkontraksi seluruh tubuhku yang ternyata merindukannya. Seperti membawaku ke pusaran waktu yang lampau.

Apa yang membuatku menjauhinya?
Mematikan mimpinya?
Membunuh cintanya yang tak kusambut?
Justru disaat aku membutuhkan kehadirannya…!

Waktu tak bisa diputar kembali seperti sekarang saat aku memutar pita hitam dalam ingatanku. Rasa itu pernah ada, tapi aku lebih memilih tidak membiarkannya bertumbuh. Dan kini aku terjebak dalam rasa yang sama. Walau aku tahu, baginya, ini tak lebih dari sekedar rendevouz.

Aku menutup kembali mataku. Merasakan hangat yang menguar dari tubuhnya. Menikmati menit demi menit sehingga aku tak rela menyenyakkan tidurku. Karena pagi akan segera memisahkan kami. 



-oldnotesbyME-

Friday, 27 May 2011

big GRIN






HIDUP ga selalu kasih kamu senyum dan tawa, jadi sebisa mungkin KAMU yang kasih hidup senyum dan tawa :)



                photo by:  kumara photography

Friday, 20 May 2011

hey, soul brother

Pernahkah aku bercerita bahwa ketika mama mengandungku, ia begitu menginginkan seorang putra yang lahir dari rahimnya?

Aku rasa setelah ia menyadari yang dilahirkan adalah aku, ia menitipkan doa bahwa dimana dan kapanpun putranya lahir, suatu saat kita akan bertatap muka.

Tak terasa beberapa tahun kemudian,
Menghirup udara berhadapan.
Berkata-kata penuh harapan.
Bercanda seolah tiada beban.
Berkumpulnya kemiripan.
Rasa yang tak terjemahkan.

Rupanya aku telah bertemu dia. Saudara sejiwa. Yang tercipta dari doa mama. Layaknya pinang dibelah dua. Hanya saja, aku yang lebih tua. Dan aku wanita.

Kini ingin kusapa,
Hai saudara :)