Perempuan itu menyalakan lampu templek lalu
duduk di bangku kamar. Tangannya mengambil secarik kertas putih polos dan
sebuah bolpoint merk Standart warna hitam di atas meja . Sebagai alas agar
sedikit tebal dibawah kertas, ia menggunakan buku Peta Dunia atau yang biasa
disebut Atlas. Diluar sana, suara jangkrik saling bersahutan. Pikirannya
melayang, bingung hendak menulis apa sebagai kata pembuka. Ya, Ia ingin menulis
surat untuk kekasihnya di kota metropolitan. Setelah beberapa menit, mulailah Ia menulis.
........................................................................................................
Teruntuk yang tersayang, Kang Mas Darto…
Apa kabar, mas?. Aku berharap mas baik-baik saja disana. Baru beberapa bulan
tidak ketemu, seperti sudah bertahun-tahun lamanya. Aku rindu mas, apakah mas
juga merindukanku?. Rasanya tak sabar menunggu kedatanganmu. Oh iya, kabarku
juga baik-baik aja kok mas. Apalagi disini cuaca sangat mendukung timbulnya
penyakit. Hujan sedikit wis banjir lo kampung kita, mas. Aku melihat di televisi katanya
di kotamu sekarang juga begitu ya mas, hujan terus. Piye kalau mas berangkat atau
pulang kerja ya, apa mesti nunggu hujan reda. Lha aku kenal banget sama kamu
mas, kamu itu paling males kalau mesti pakai jas hujan.
Sekarang, aku rajin minum vitamin biar aku ga gampang keriput dan
sakit-sakitan. Aku ndeso gini ngerti lo mas, kalau di metropolitan perempuan-perempuan sudah pada modern. Gaya bicaranya, berpakaiannya, wajahnya
juga cantik-cantik, mulus, kulitnya putih. Kalau aku disini terus-terusan pake
daster, rambut dikepang, sandalan jepit, wajah ga berbedak nanti aku kalah sama
perempuan-perempuan itu dong. Kalau sudah kalah, berarti aku bisa kehilangan
mas Darto, dan terganti oleh mereka. Aku ga mau itu terjadi mas. Jadi aku juga
sudah belajar dandan sama mbak Elok Itu loh, anaknya Pak Sabron yang jadi TKI
di Hongkong.
Aku tahu sih mas, kalau mas bisa setia sama aku. Tapi, yang namanya naluri
lelaki untuk menyenangi perempuan lain itu pasti selalu ada. Aku ga mungkin
bisa ngelarang-larang mas melirik atau melakukan semua hal yang jauh dari
perempuan lain. Apalagi kita berjauhan begini. Nah, daripada aku cuma diam diri
meratapi nasib lebih jelek dari perempuan metropolitan, aku permak aja diriku biar
aku ga kalah dan mas makin cinta sama aku.
Mas tahu juga kan kalau aku paling ga suka dibohongin. Meski itu bohong untuk
kebaikan, mas. Aku lebih memilih mas jujur meski kejujuran itu akan lebih
menyakitkan atau mas boleh bohong, asal jangan sampai ketahuan aku. Aku disini
percaya sama mas. Meski ga kuat pisah lama, aku tetep berusaha kok. Mas disana
kan cari uang buat aku dan kita juga nantinya.
Mas yang kuat ya. dijaga kesehatannya, jangan sampai sakit. kalau soal ibadah
ga usa diingetin lagi ya mas, hehe. Kata mbak Elok, sebentar lagi ada hari
kasih sayang. Opo tho kuwi mas?. Mosok yo kasih sayang cuma sehari?. Sing pasti,
aku tresno karo kowe ben dinten.
Salam Sayang Selalu,
Laras
........................................................................................................
Perempuan itu mematikan lampu templek lalu berdiri dari bangku kamar. Tangannya
melipat secarik kertas putih berisi tulisan dan meletakkan sebuah bolpoint merk
Standart warna hitam di atas meja . Yang digunakan sebagai alas agar sedikit
tebal dibawah kertas, buku Peta Dunia atau yang biasa disebut Atlas dimasukkan
lemari tak jauh dari meja tempatnya menulis. Diluar sana, suara jangkrik masih
bersahutan. Pikirannya melayang, bagaimana reaksi kekasihnya saat membaca
suratnya nanti. Ya, Ia akan mengirim surat itu besok pagi ke kota metropolitan. Setelah
beberapa menit, ia kemudian tertidur.
No comments:
Post a Comment