Teruntuk kamu yang mengetuk mata hati
di pertemuan pertama kalinya,
Hai. Apa kabar?
Bagaimana tidurmu semalam? Mimpikah
kau tentang aku?
Setelah malam sebelumnya kau
mengeluh karena mengantuk, sementara aku yang masih berjaga ini entah mau
berbuat apa.
Lalu dengan semena-menanya aku
membicarakan sesuatu yang membuat matamu menjadi terbuka seutuhnya.
Kamu marah. Merasa terganggu
karena tidak diijinkan tidur olehku.
Padahal kau tahu?
Aku hanya enggan menutup mataku cuma
agar bisa menikmati setiap detik bersamamu.
Aku tak ingin membiarkan waktu
merampas kedekatan kita berdua.
Aku tak mau membuang pandangan
darimu dan tergantikan oleh lelapnya malam berganti pagi.
Kamu, yang mampu mengetuk mata hatiku di pertemuan pertama
kita.
Kepada kamu pemuas rinduku,
Sampai dimana kita?
Seribu hari lebih lamanya, tak
terhitung sudah pertemuan yang kita biasa lakukan.
Kamu bilang selalu merindukanku. Aku
juga begitu.
Walau bertemu lalu cuma bertukar
udara tanpa kata, aku puas.
Bagaimana menurutmu?
Mungkin tidak sama sepertiku.
Karena kamu jadi lupa rasanya
rindu. Kamu lupa rasanya merindukan aku.
Tidak ingat bahwa rindu berarti
kata manis, pelukan dan kecupan.
Teruntuk kamu teman bicara dan
pendengarku satu satunya,
Ada pepatah menyatakan “ Jika
dirimu memiliki masalah dengan pasanganmu, janganlah pernah membicarakan hal
itu dengan lawan jenismu”
Tapi entah kenapa, percakapan
serius kita tak jarang berakhir dengan luka .
Saling membenarkan diri dan menyalahkan
yang lain.
Saling mengakui sebagai pihak yang
mengalah.
Saling mengucap maaf yang tanpa
kesungguhan.
Kamu sungguh lelah ya mendengarku?
Kamu sudah capai berbicara
denganku?
Andai kamu menyadari, bila hanya
padamu aku boleh meracau.
Karena kamu pasti terluka jika aku
mengumbar.
Kembali lagi padamu sayang, heningku tercipta.
Kepada kamu cinta yang kuingin
untuk terakhir kalinya,
Kamu selalu menertawakan khayalan
perhelatan besar kita nanti.
Makanan khas, jajanan tradisional,
lampu-lampu bulat berwarna, kereta kelinci, balon-balon gas, pengamen jalanan, souvenir celengan.
Aku menyanyi, kamu yang main gitar.
Aku ingin beda. Kamu ingin
sewajarnya.
Tak peduli betapa dalamnya paru-paru
ini menghela nafas,
Kamu tidak boleh melepas aku.
send?
tidak...
delete all :)
No comments:
Post a Comment