Friday 3 February 2012

being narcisst is (not) a crime


imagine when you look in the mirror, that the face looking back at you is someone you truly love...
just imagine :)

taken by canon ixus 130
in a fitting room
:D 

Wednesday 1 February 2012

hide-ing

Tulisan mengenai "mau dibawa kemana hubungan kami" pasti sudah membuatmu bosan. Sama bosannya dengan menjawab pertanyaan dari orang-orang "mo nunggu apa lagi?". Jujur, aku ga terlalu suka menghadiri pesta pernikahan, meskipun undangan tersebut datang dari seorang sahabat sekalipun. Maaf teman-teman, akan aku akui bahwa aku IRI. Sudah mencari jawaban senjelimet sekalipun, ujung-ujungnya ya iri. Dan kalau aku (terpaksa) datang, susah buatku tersenyum lepas. But i do happy for you guys, dengan catatan: aku tak sedang berkaca.

Ini bagian dari keputusan seseorang memilih jodohnya. Bila lebih disempitkan lagi, ini resiko dari aku memilih dirinya. Bagi aku, apa yang enggak untuk dia. Dan yang dilakukannya padaku, tak kalah hebatnya. Dia memiliki hati baik dan maaf yang tak terhingga saat aku khilaf. Tapi beginilah kami. Bila boleh meminjam peribahasa "mengalir seperti air", aku sungguh tak tahu air ini akan bermuara dimana. 

Aku, 28. Dia, 23. Kamu salah jika berkata padaku, "nunggu apa?". Saking lelahnya mencari alasan, aku hanya diam. Dalam hati aku menjawab, "nunggu lelakiku melamar".
Tapi, jangankan melamar, dia bahkan tak berani menyebut namaku di hadapan orangtuanya. Jadi bagaimana aku harus menjawab pertanyaanmu??.

"Kalo sekarang ga mungkin, kami backstreet".