Tuesday 8 May 2012

surat



Perempuan itu menyalakan lampu templek lalu duduk di bangku kamar. Tangannya mengambil secarik kertas putih polos dan sebuah bolpoint merk Standart warna hitam di atas meja . Sebagai alas agar sedikit tebal dibawah kertas, ia menggunakan buku Peta Dunia atau yang biasa disebut Atlas. Diluar sana, suara jangkrik saling bersahutan. Pikirannya melayang, bingung hendak menulis apa sebagai kata pembuka. Ya, Ia ingin menulis surat untuk kekasihnya di kota metropolitan. Setelah beberapa menit, mulailah Ia menulis.

........................................................................................................



mancing


Udah lama ga jalanin hobi yg satu ini, bikin aku makin kagok pegang pancing. Palagi kemaren-kemaren tuh partnernya beda, lebih emosian, lebih cerewet..ternyata baru ku sadari..like father like daughter. Pantes aja, ternyata sifat jelekku menurun dari beliau, hihi. Salah ngelempar kail diomelin, pas dapet diomelin juga, jadi serba salah.


"Tariiik...leh ayo tariken seng kuat, baru dikerek. Lek ngga ngono yo iwakmu mblayu"

(Tarik, ayo segera ditarik yang kuat, baru digulung. Kalau tidak begitu ikanmu lari)

Disaat berikutnya aku dapet lagi, aku menuruti sarannya. pancing ditarik dulu, baru dikerek..alias nggulung senar pancingnya. tapi....


berlalu bukan berarti menyerah

Kami sedang berada di sebuah coffee shop, hari Senin, di jam kerja tepatnya 14.07. Bekerja di gedung yang sama, perusahaan yang berbeda, tapi kami kompak cabut sejenak dari rutinitas. Ini bukan suatu yang biasa kami lakukan, tapi salah satu dari kami, Lana, yang akan segera menikah dan meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi ibu rumah tangga, adalah penggagas pertemuan kali ini. Oh iya, beberapa dari kami kurang nyaman dengan hal itu, menjadi ibu rumah tangga maksudnya. Semula kamu sekolah dan kuliah hingga mengambil magister di salah satu universitas negeri, mendapatkan pekerjaan tetap dan jabatan tinggi yang diimpikan setiap wanita pada usia yang masih 24an, mendapat gaji dan segala fasilitasnya, yah seperti apartment dan mobil, lalu bertemu seorang pria tampan, mapan secara finansial dan kamu memutuskan untuk menjadi istri yang baik, tinggal di rumah, memasak, beres-beres, membesarkan anak…


Monday 7 May 2012

hanya bintang


Kami melihat bintang yang sama. Di tempat yang sama. Di waktu yang sama. Sayangnya, bulan sama sekali tidak menampakkan wujudnya. Atau, tertutup pepohonan. Aku kurang yakin ia benar-benar tidak ada karena malam ini cerah. Yah, bukan masalah besar. Bintang-bintang saja sudah cukup. 

“Aku ingin sekali mengantarmu pulang. Sungguh. Tapi aku ga mau nanti kamu kena marah karena ini sudah larut sekali”, katanya.

“Aku akan baik-baik aja. Tinggal telepon tante, dia pasti mau bukain”, Aku meyakinkannya. Sejujurnya aku lelah sekali. Ingin pulang dan tidur. Kemarin malam agak kurang baik bagiku, sehingga aku menghabiskan waktu yang seharusnya untuk tidur dengan menonton dvd.

“Kamu pasti dimarahin. Lagian ga enak diliat tetangga kalo aku memulangkanmu malam-malam”. Bahkan dalam gelap aku bisa melihat mata coklatnya, mata yang aku kagumi. Walau entah aku tidak dapat membaca dirinya dari mata itu. 

“Haha, kamu ngomong gitu kayak baru sekali ini aja ngajak pergi mpe malem”


“Ah, aku tahu…kamu masih kangen sama aku”, candaku.

Dia menyalakan rokok, lalu tersenyum padaku dan berkata, “GR…haha”.


copying D's note



"Enamorarse de Claudia"


"lihat ke langit..bintang berjatuhan karenamu.."

kata-kata sederhana….namun cukup mencairkan kebekuan hati…

sudah lama sejak pujangga ini menganggur..dia cuma duduk termenung di sudut otak…

sudah lama sejak cupido menembakkan panah kecilnya..

sudah lama sejak aphrodite lupa akan namaku…

aku sudah merasa ada yang beda..

walau sama tersesat di dunia maya…terpisah dinding, udara, elektrik, dan binari

dan dia memang berbeda…

setelah rasakan kenyataan..bukan sekedar ucapan manis tersusun alfabet

setelah hangat merasuk..dan nadi berdetak lebih cepat…

walau jalan masih lebih berkabut dari East End…takkan tersesat

semoga bukan euforia semata…karena hati kecil terus berbisik

semoga bukan kesenangan sesaat…karena dia terlalu indah untuk jadi nyata

semoga aku bisa menjaganya…







written by Dikie Nugraha, 14 Maret 2006

Wednesday 2 May 2012

sesat #7 - dear diary

Dear Diary,

Apa lihat-lihat?

Bukan salah saya lho.

Eh, saya salah emang?.

Enggak ah, bukan salah saya.

Kamu tahu kan kalo saya bukan tipe wanita yang suka berdandan heboh kayak mau ke kondangan. Saya bukan tipe wanita yang suka berpakaian seksi kayak mau clubbing. Saya ga suka ke salon cuma buat creambath, facial, dan menicure pedicure. Saya ga pernah menyambangi dokter kecantikan untuk suntik vitamin C apalagi botox.

Kamu tahu juga kan kalo saya wanita berusia jalan 31 tahun yang cuma berdandan sekedarnya, bahkan ketika berangkat ke kantor, saya menyapa tetangga-tetangga yang sedang menyapu, menggendong anak balitanya, pulang dari belanja harian atau sekedar jogging, dengan tanpa make up. Oh iya, saya lupa menyampaikan bahwa di umur segini ini saya masih single. Pacar pun belum punya. Aneh?

Untungnya yah, saya ga hidup di masa Emak-Bapak saya. Dimana saat itu kalau seumur 17 ga juga nikah, orang tua yang sibuk mencarikan jodohnya untuk anaknya. Sekarang saya hidup di era Kartini. Sebenarnya bukan karena keasikan bekerja sehingga saya ga kunjung mendapatkan jodoh, karena jujur saja karier saya tak segemilang wanita-wanita metropolitan yang doyan belanja Prada atau Banana Republic yang harganya ga jauh beda sama ZARA. Karena alasan hemat pun, saya lebih suka "blusukan" ke Pusat Grosir atau Mall kelas rendah agar dengan uang 500ribu saya dapat novel percintaan, buku psikologi, make-up baru, daleman baru, baju jalan dan kerja baru, dan sepatu flat baru dalam jumlah yang lebih dari 1 masing-masing item-nya.

Lalu, pergaulan saya?. Cukup luas. Dari genk semasa SD, SMP, SMA, Kuliah, trus kenalan teman dan rekanan kantor, teman-temannya mantan saya juga masih baik semua, saya sering nongkrong ke club sekedar liat band akustik dan memesan Shirley Temple, saya aktif di organisasi "anak-anak gemar membaca" jadi sebenarnya ga ada kata buntu mencari pasangan. Kata teman-teman, saya orangnya sumeh, alias suka menebar senyum. Bahkan kadang saya suka senyum-senyum sendiri (Saya sehat, tidak terkontaminasi kata "gila").

Mau tahu kenapa saya kesulitan mencari pasangan. Karena pria-pria yang naksir dan mendekati saya itu sudah beristri semua. Bahkan ada yang sudah beranak. Tetapi mohon dicatat, mereka bukan Om-om atau pria yang jauh lebih tua dari saya. Mereka masih muda. Lebih muda dari saya. Kalo kata Alena, sahabat saya, mereka itu bak "botok" sebutan orang jawa dari sejenis makanan yang dibungkus daun pisang kemudian dibakar. Luarnya daun muda, dalamnya matang karena proses hidup. 

Kamu menuduh saya pakai susuk?.
Daripada pakai begituan mending uangnya saya beliin buku buat nyumbang bacaan untuk anak-anak di Papua. Karena saya belum punya anak dari rahim saya sendiri, tampaknya hal yang paling mulia dan bermanfaat adalah membantu anak-anak Indonesia belajar membaca dan menulis kan. 

Kembali lagi, tentang pria-pria tadi. Saya menyebut pria-pria karena selama saya "naik daun" itulah, kira-kira ada 6 pria menikah yang mendekati saya. Sekedar menggoda, lalu lama-lama saya yang tergoda menemuinya di sebuah kamar hotel selepas jam kerja. Sampai pada suatu hari, istri dari si pria menikah yang terakhir memergoki kami makan siang bersama di sebuah warung soto ayam (iyaa, warung. Tapi masih aja ketahuan) karena kebetulan sang istri secara tiba-tiba ingin mampir ke bakery shop sebelah warung yang-padahal-berada-di-ujung-bumi-tak-mungkin-dijangkau-dengan-kemampuan-sang-istri-menyetir-mobil. 

Emang ya, bom waktu itu ada. Baru aja kami jalan 6 bulan, dan si dia juga udah punya niat jaga jarak sama sang istri demi saya, eh sampai akhirnya ketahuan si dia malah nurutin istrinya buat ninggalin saya. Padahal dia orangnya romantis buuaaanget (dibandingkan pria-pria menikah terdahulu) dan selama 6 bulan ini saya terlanjur 'terbiasa' dengan perhatiannya, tiba-tiba harus hilang gitu aja. Nyesek pemirsa. Setelah kejadian itu saya kapok. Gak mau lagi tergoda sama pria beristri. Gak mau lagi ada pria beristri yang ke 7. 

Itu ucapan saya 2 bulan lalu. Sampai barusan saya sadari, bahwa menantu dari tetangga saya yang jaraknya 4 rumah  di sebelah kanan rumah saya, itu (ternyata) sering mencuri pandang. Jika bertemu di jalan saat hendak berangkat kantor, dia sengaja membuka kaca jendela dengan tingkat keburaman 70% mobil Vios putihnya lebar-lebar sampai dia melewati rumah saya. Jika bertemu jam pulang kantor, dia berlagak mengelap mobilnya yang sama sekali ga kotor demi bisa berada di luar beberapa saat sebelum saya akhirnya masuk rumah. 

Dan hal itu tidak ia lakukan sekali dua kali, makanya saya bisa menyimpulkan dia pasti kenapa-kenapa sama saya. By the way, saya ga pernah bergaul sama si istri padahal kalau ga salah kami dulu satu kampus. Bahkan saya ga pernah liat ada temen cewek atau cowok yang ngapel kerumahnya, eh tau-tau dah nikah aja dia (uda gitu ganteng pula, hadeeeh). Saya yang berganti-ganti pacar dan menginginkan menikah dari 5 tahun lalu aja ga kesampaian. (Nyesek lagi).

Disaat kami secara tidak sengaja bertemu di Club House perumahan tempat kami tinggal dan dia menempati treatmill sebelah saya. Singkat cerita saja ya, karena ini saya gak lagi nulis novel, kami bercakap-cakap.  Setelah diperhatikan dari dekat, orangnya mirip Collin Farrel versi Indonesia pokoknya. Ga se-laki si Collin, tapi bentuk wajahnya dan sorot matanya mirip banget. Ehem. Sayang punya orang. KATAKAN TIDAK UNTUK SELINGKUH KALI INI!!!!. fiuh, "Ya Tuhan kasih saya jodoh dong".

Saya ga melanjutkan perkenalan itu. Saya ga lagi membalas curi-curi pandangnya. Bukan karena saya ilfil. Tapi saya udah ga mau lagi jadi benalu. Jodoh saya nanti semakin jauh. Hikz. Si Collin yang bernama Ludy ini menikah ta'aruf dengan Hayu, tetangga saya. Dijodohkan orangtua. Dinikahkan. Ga boleh pindah dari rumah orangtua. Oh pantes. Sekian. 

Lho kenapa?. Lha abis, kalau dia emang cinta banget sama istrinya ngapain dia curi-curi pandang ke saya yang notobene 11-12 sama sang istri (Cantikan saya dikit sih). Menikah dijodohkan ga selamanya ga timbul cinta sih, ga juga karena ga bahagia karena harus tinggal di Pondok Mertua Indah, tapi karena mereka sampai 3 tahun pernikahan ini belum dikaruniai putri/putra, tampaknya masa "grow old together" ini sedang berada dalam masa evaluasi. Selebihnya, saya pamit pulang. Saya gak mau denger curhat colongan dia lebih lama daripada nanti saya jatuh cinta sama dia. Karena jung-ujungnya saya juga ga akan bisa dapetin dia. Titik. Aduh bibirnya, mungil pengen dikecup...

*PLAK*

sadar Ve...

Kekapokan saya benar-benar beralasan. Selain kuatir jauh jodoh, saya gak mau nantinya suami saya juga selingkuh. Dari pengalaman saya, mereka, pria beristri dan berselingkuh, memiliki berbagai macam alasan.

1. Daru, 26 tahun, menikah 2 tahun. Mengaku bahwa sang istri tidak pernah bisa menghargai usahanya untuk menjadi suami yang baik. Dia merasa sang istri lebih sering cemberut dirumah karena merasa dinomorsekiankan daripada pekerjaan, sedangkan dia sendiri sudah malas untuk memberikan pengertian. 

2. Jibril, 29 tahun, menikah 4 tahun. Pada dasarnya pria ya begitu itu, suka tergoda. Meski dia bukan pria brengsek dan tidak merencanakan untuk menjadi pria yang tidak setia. Tapi kalau saja saya tidak menyambut gayungnya, dia juga akan berkali-kali mikir mo selingkuh. Hmm, ini salah saya berarti ya?. Jadi wanita tuh harusnya lebih tahu diri dengan status seseorang. Noted, Ve...

3. Nabel, 28 tahun, menikah 6 bulan. Kebetulan bekerja di lingkungan yang tidak sehat. Club tempat saya mingle. Yang penuh dengan orang-orang ga jelas menghambur-hamburkan uang demi kesenangan semu. Serius, jangan cari jodoh di Club lain kali. Lingkungan dan pergaulan bisa menyebabkan selingkuh akut.

4. Rei, 28 tahun, menikah 1,5 tahun. Saya sudah kenal lama sih, dia pemilik supplier Komputer di kantor saya. Tapi entah ya, setelah menikah justru rasa percaya dirinya semakin meningkat dan lalu sering menggoda saya. Oh iya, dia oke di ranjang. Ups...

5. Udji, 29 tahun, menikah 10 tahun. Yup, setelah memasuki bangku kuliah dengan segera dia menikahi pacarnya yang baru lulus SMA di kala itu. Awalnya, sang istri yang masih muda itu selalu terlihat fresh walau dirumah saja. Setelah anak kedua mereka lahir, dia semakin malas berdandan, malas memasak, dirumah hanya memakai daster belel, bau badan, dibeliin lingerie ga mau pake, diajak kemana-mana ga bikin bangga lagi. Dear para istri, menikah dengan suami bukan berarti anda telah memenangkan kompetisi diluaran sana. Jika anda tidak pandai menjaga diri, maka anda tidak akan bisa menjaga suami anda.

6. The Last, Yadra, 28 tahun, menikah 5 tahun. Dia merasa istrinya berselingkuh, karena mulai sering keluar rumah sendiri, mencari-cari topik pertengkaran, sering tidak mengangkat telepon atau bbm darinya, dan kadang menolak berhubungan dengan alasan capek. Istri loh ini yang nolak...mana boleh istri menolak hasrat suaminya, dosa lo (katanya sih). Jadinya dia "membalas dendam" abaian istrinya itu dengan memberikan saya perhatian. Usut punya usut, sang istri rupanya sedang (merasa) dilanda friginitas dan karena tidak memiliki keberanian untuk berbicara dari hati ke hati, sang istri berkonsultasi ke psikolog. Yup, kejadian ketemu di bakery itu rupanya pemberhentian perjalanan menuju tempat praktek si Dokter. Ga lama dari hari itu, saya dikirimi capture screen bbm dari sang istri, "Aku rasa kita hampir kehilangan sesuatu yang penting dalam pernikahan kita, dear...tapi aku tak mau membuatnya lebih hilang lagi." diikuti dengan caption "Maafkan aku Ve shayank, selamat tinggal..."  

Well diary, 

Segini dulu yah omelan saya. Jujur saya marah sama diri saya sendiri kenapa bisa-bisanya (hampir selalu) menarik pria beristri instead of pria single atau paling ga sudah duda. Apa wajah saya terlalu matang (baca:tua) untuk menjadi incaran pria beristri?. Tapi enggak ah, wong mereka brondong gitu. Apa saya keliatan dewasa (baca:berpengalaman) dalam hal seksual?.

Intinya, saya memang malas bertanya secara langsung apa kelebihan saya di mata mereka. Karena 4 diantara 6 menjawab, apa cinta perlu alasan?. Ooouh puhlisssss... love sama lust beda kaleeee.

Sudah ah..

Mingle lagi yuk Dy :)

Lo,
VE...