Friday 9 March 2012

sesat #4 - wine

oke.
tenangkan dirimu, Nda.
no one knows about your relationship with him.
what am i supposed to do when emma told everything that happened last night.
marah?
nangis?
i couldn't...
aku cuma bisa diam. pura-pura excited. tapi hatiku sakit.

"...gila ya Nda, everyone knows he's married. Karna mabok aja bisa nyosor kmana-mana. Dan ini yang disosorin si Ajeng. Kayanya mang dia uda ada apa-apa sejak lama deh sama Ridho, si Ajeng kan ga into alcohol, ngapain juga kalo ga ada apa-apa juga mo disosorin..."

Aku cuma bisa tertawa kecil. Emma nyerocos. Ceritanya diulang-ulang. aku mendengarkan sekilas. selebihnya tentu saja kata-katanya hanya mengawang di pikiranku, ga sampai masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Dua hari lalu was our boss' birthday. Dia mengajak kami, anak buahnya dinner, dilanjut nge-wine di sebuah wine house. Aku tak ikut kesana. I jut got my period, seluruh badanku rasanya sakit semua, dan aku memilih untuk tinggal dirumah saja.

aku dan Ridho.
klise.
Kami sekantor. Dia sudah menikah. Aku tahu hubungan kami terlarang, jadi kami diam-diam saja.
Mengingat aku orang yang cukup introvert, aku tak pernah membicarakan hubungan ini dengan siapapun, termasuk dengan Emma, partner in crime di kantor. Dia tak pernah suka dengan apapun yang berbau perselingkuhan. Ayahnya seorang pelaku poligami. Istrinya sudah 2, minus ibunya yang ga kuat di poligami setelah setahun pernikahan ayahnya dengan istri kedua.

I'm officially fucked up. Ga bisa ngomong apa yang ingin aku omongin itu menjengkelkan.
Dan Ajeng si manusia paling ringan tangan dan ramah di kantorku yang lagi diomongin sekarang itu jadi totally bitch in my mind. Tampang malaikat hati iblis.
Huh. Semua ingatan tentang kebaikannya padaku terhapus.
Wait...why should i mad to her?
Why not to him?
Menjadi wanita simpanan itu sudah cukup menyakitkan. Eh masih ada juga bumbu-bumbu make out dengan orang lain?. It's sucks. Ridho pernah ngomong, kalo ga akan ada wanita lain selain Dhea, istrinya dan aku, Linda, his second. Sadar ataupun mabuk, cheating with somebody else is not allowed.

"Enak mana dho, makeout sama aku atau Ajeng?," aku bertanya padanya tiga hari setelah kejadian tersebut di wine house tempat kejadian perkara. Aku sengaja mengajaknya kesitu lagi, agar lebih mendramatisir.

Ridho terkejut. Mungkin dia ga menyangka bahwa aku akan mengetahui hal itu. Oh iya, aku lupa mencantumkan bahwa Emma memang bilang mereka berdua- Ajeng dan Ridho- menyingkir dari anak-anak untuk "mojok". Bukan di tempat yang terpojok sih, hanya di kursi yang agak jauh dari yang lain.
"Kamu...tahu dari mana?," Sepertinya dia sudah mampu mengendalikan emosinya. Wajahnya tidak menampakkan rasa terkejut yang tadi. Datar.
"Banyak anak-anak disana. Aku ga perlu menyebut siapa yang melihatmu. Mungkin saking Hot-nya kamu jadi ga sadar banyak yang memperhatikan," Wajahku memerah. Antara menahan marah dan ingin menangis. 
Tangan Ridho meraih pundakku. Memijit lembut.
"Buat apa aku melakukan itu?. Kami hanya ngobrol. Menjauhnya ya karena berisik banget. Aku bahkan ga menyentuhnya sedikitpun, apalagi make out." Nada suaranya masih datar. Innocent. tapi dewasa. 
Sekali lagi ini menyebalkan. Aku ga punya bukti. Emma ga punya bukti. Tapi aku terlanjur cemburu. 
Cemburu yang bagaimana aku juga bingung. Dia kan bukan benar-benar milikku. Ah...

"Aku cuma bisa bilang ini Dho...cukuplah berselingkuh denganku. Kalo aku tahu lagi dan punya bukti kamu masih ingin main-main dengan wanita lain, aku akan bongkar perselingkuhanmu pada Dhea.Cheers....." kataku sambil mengangkat segelas wine putih lalu menyesapnya perlahan.

Ridho tak ikut mengangkat gelasnya. Dia bergeming menatapku.

Repotnya selingkuh dengan pria muda beristri ini. Belum puas saja dia. Makanya jangan menikah muda. pikirku.

No comments:

Post a Comment