Thursday 27 September 2012

e KTP

Beberapa bulan lalu pemerintah menggenjot para pekerja kemasyarakatan sampek lembur berhari-hari demi melayani beratus-ratus penduduk merekam sidik jari, scan kornea mata, foto dengan latar biru untuk yang lahir di tahun genap dan merah untuk yang lahir di tahun ganjil, lalu tak lupa tanda tangan sebagai identitas diri. Bola mata coklat saya tak luput dari gurauan sang perekam, "Mbak, pake softlens ya, tolong dilepas aja." 

Yup, Electronic KTP atau kerennya e-KTP dengan slogan "Satu Penduduk Satu Identitas" akan mengurangi kemungkinan adanya identitas palsu atau kepemilikan kartu identitas yang ganda di kala tinggal di kota lain. Konon, meski secara fisik biasa saja tetapi e-KTP mengandung chip memori data diri kita.

Di Kartu Tanda Penduduk saya yang lama tertulis, bahwa masa berlaku kartu hingga 25-10-2012. Saya nanya kekasih, "Kok kampungku belom juga ada panggilan ambil e-KTP sih, tar keburu KTP ku abis. Masa bikin lagi dulu yang model lama." Kekasih menyarankan, "Tar deket waktunya, tanyain aja ke kecamatan."

Ga sampai seminggu, pertanyaan saya terjawab. Oma dengan semangat menyampaikan ada surat undangan pengambilan e-KTP sehari sebelumnya. Karena keluarga dirumah ga seantusias saya yang ingin segera punya KTP baru, sepulang kantor langsung mampir kantor kecamatan Gubeng. Dari jauh sudah terlihat beberapa orang sedang menunggu gilirannya untuk dipanggil. Saya bertemu dengan salah satu tetangga yang kalau siang buka warung tepat disebelah rumah saya dan dia menyarankan saya untuk mengambil nomor antrian dulu. Saya masuk dan mendapatkan nomor 619, buset dah. Sekarang masih nomor 480. Pasrah, saya mencari tempat untuk duduk sambil menengok-nengok kalau saja ada tetangga yang saya kenal. Ada sih, tapi lalu saya cuma senyum ga tau namanya. Saya pasang headset untuk dengerin mp3 seperti yang biasa saya lakukan sambil meng-update status twitter.

Bilang saya jahat dan terlalu cuek dengan pasang headset seperti ga berniat bersosialisasi. Tapi orang baik itu selalu saja ada. 

Kebaikan pertama. Ada 1 anak tetangga yang yatim piatu, tiba tiba nyamperin saya dan nanya "Mbak urutan nomor berapa?" Kaget, saya nanya "urutan nomor sekarang atau yang punyaku?". Dia jawab yang punyaku. Setelah itu dia memberi nomor antrian miliknya yang lebih cepat 100 angka dari milikku. Dia bilang dapat nomor dobel, sementara dia sudah dapetin e-KTPnya. God bless you, hati saya berkata.

Kebaikan kedua. Setelah si anak pergi saya disapa oleh teman SMP dan suaminya yang baru saja datang. Ngobrol ngobrol, mata si suami tertuju pada pintu kantor kecamatan, bahwa contoh KTP yang lama harus di fotokopi zooming agar dapat di legalisir nantinya untuk keperluan penting seperti urusan dengan Bank atau instansi lainnya. Kami menengok masing masing fotokopi dan berpendapat terlalu kecil. Maka kami pergi ke fotokopi terdekat dan kemudian Rp. 800,- biaya fotokopi saya digratiskan sama si teman. God bless you both, kata saya lagi.

Akhirnya, selesai sudah antrian saya. Wohooo, setelah bertahun-tahun bekerja dan punya KTP baru sekali ini tertulis Karyawan Swasta di Pekerjaan, dan O di golongan darah. Satu lagi, baru kali ini foto KTP saya terlihat cantik hahahah *kesian. Nomor Identitas pun berubah. Yang belum berubah adalah Status Perkawinan nih. Masih saja Belum Kawin. LOL

Saya berpamit-pamit sama teman dan para tetangga yang masih mengantri. Jalan kaki menuju rumah sambil tersenyum. I'm so Blessed. Bertemu dengan orang-orang yang baik. Saya pun pasti juga akan melakukan hal yang sama bila berada di posisi mereka. Baiklah, mampir ke warung nasi padang sepertinya ide yang bagus untuk menyenangkan diri sendiri juga. Hehehe.

1 comment:

  1. iya. ini sih lebih mirip SIM yang biasa. bahkan gak lebih bagus dari kartu perpustakaan umum kota malang.

    ReplyDelete