Wednesday 24 April 2013

kepada kamu


Teruntuk kamu yang mengetuk mata hati di pertemuan pertama kalinya,

Hai. Apa kabar?
Bagaimana tidurmu semalam? Mimpikah kau tentang aku?
Setelah malam sebelumnya kau mengeluh karena mengantuk, sementara aku yang masih berjaga ini entah mau berbuat apa.
Lalu dengan semena-menanya aku membicarakan sesuatu yang membuat matamu menjadi terbuka seutuhnya.
Kamu marah. Merasa terganggu karena tidak diijinkan tidur olehku.
Padahal kau tahu?
Aku hanya enggan menutup mataku cuma agar bisa menikmati setiap detik bersamamu.
Aku tak ingin membiarkan waktu merampas kedekatan kita berdua.
Aku tak mau membuang pandangan darimu dan tergantikan oleh lelapnya malam berganti pagi.
Kamu, yang mampu  mengetuk mata hatiku di pertemuan pertama kita.

Kepada kamu pemuas rinduku,

Sampai dimana kita?
Seribu hari lebih lamanya, tak terhitung sudah pertemuan yang kita biasa lakukan.
Kamu bilang selalu merindukanku. Aku juga begitu.
Walau bertemu lalu cuma bertukar udara tanpa kata, aku puas.
Bagaimana menurutmu?
Mungkin tidak sama sepertiku.
Karena kamu jadi lupa rasanya rindu. Kamu lupa rasanya merindukan aku.
Tidak ingat bahwa rindu berarti kata manis, pelukan dan kecupan.

Teruntuk kamu teman bicara dan pendengarku satu satunya,

Ada pepatah menyatakan “ Jika dirimu memiliki masalah dengan pasanganmu, janganlah pernah membicarakan hal itu dengan lawan jenismu”
Tapi entah kenapa, percakapan serius kita tak jarang berakhir dengan luka .
Saling membenarkan diri dan menyalahkan yang lain.
Saling mengakui sebagai pihak yang mengalah.
Saling mengucap maaf yang tanpa kesungguhan.
Kamu sungguh lelah ya mendengarku?
Kamu sudah capai berbicara denganku?
Andai kamu menyadari, bila hanya padamu aku boleh meracau.
Karena kamu pasti terluka jika aku mengumbar.
Kembali lagi padamu sayang,  heningku tercipta.

Kepada kamu cinta yang kuingin untuk terakhir kalinya,

Kamu selalu menertawakan khayalan perhelatan besar kita nanti.
Makanan khas, jajanan tradisional, lampu-lampu bulat berwarna, kereta kelinci, balon-balon gas, pengamen jalanan,  souvenir celengan.
Aku menyanyi, kamu yang main gitar.
Aku ingin beda. Kamu ingin sewajarnya.
Tak peduli betapa dalamnya paru-paru ini menghela nafas,
Kamu tidak boleh melepas aku.


send?
tidak...
delete all :)


No comments:

Post a Comment