Harusnya hari ini, aku sudah sampai di Caruban, kota kecil setelah Saradan dan sebelum Madiun. Karena Hari Raya 1 Syawal 1432 H ditetapkan oleh pemerintah RI besok (Rabu, 31 Agustus 2011). Jadi, mau ga mau, niat kami tetap dijalankan meski tanggal 2 kami sudah harus ada di Surabaya lagi. Who is Kami? Aku dan Aris, lelakiku. Kami mo touring kesana:D, naek motor..kurang lebih 4 jam perjalanan, entah kalo ditambah istirahat2nya...Doakan kami selamat ya:)
Btw, Happy Eid Mubarak 1432 H..maaf lahir batin:)
Tuesday, 30 August 2011
Tuesday, 23 August 2011
penantian rahasia
Disini ku seorang diri, berteman gelisah hati
Selalu kunantikan dia melintasiku
Aku bahagia meski hanya memandangmu
“Nanti mas Rama bakal mampir, ngasih uang arisan mamanya. Kamu yang terima ya, mama mau belanja dulu,” Mama mengecup dahiku, lalu meninggalkan aku yang sedang berbinar.
Mas Rama kesini. Aku ga boleh keliatan belum mandi gini.
Aku berlari mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.
Mas Rama muncul di hadapku 20 menit kemudian.
“Mas, kata mama kasih aja duitnya di aku,”
“Ah, tar ilang lagi…mang kamu udah bisa simpen duit?” katanya sambil mengacak rambutku.
“aku kan sudah kelas 4 mas, masa duit segitu aja ga bisa jaga,” aku cemberut
“Haha..tetep aja, kamu masih belum SMP. Ya udah ini,” dia menyerahkan beberapa lembar sepuluh ribuan.
“Besok minggu, jangan ga bangun pagi. Kita spedaan kayak biasanya. Aku bakal kasi tau yang laen, ok!” lanjutnya.
Dia pamit.
Aku senang. Meski sudah masuk SMP, mas Rama tetap mau jalanin salah satu kegiatan rutin anak-anak sekomplek tiap hari minggu. Biasanya kami; aku, mas Rama, mas Danu dan adiknya Lala, Tyas, Enda, dan beberapa yang lain bersepeda ke daerah kampus teknik negeri yang dekat dengan perumahan tempat kami tinggal.
Kegiatan yang buatku bisa memandangnya lama, bicara dan bercanda dengannya.
Tiap aku di hadapmu, tuk coba rengkuh hatimu
Tapi pandangmu slalu saja tetap terhalang
Burukkah aku hingga tak terlihat olehmu
Sudah 4 tahun aku meninggalkan perumahan itu. Pindah ke perumahan lain. Meski telah pindah, selama itu aku masih rutin mengunjungi teman-temanku di komplek yang lama. Juga mencari-cari alasan untuk bisa bertemu dengan mas Rama. Tapi, mas Rama yang makin gede mulai tak menghiraukan aku. Sibuk dengan kegiatan sekolah. Sampai suatu saat aku mampir ke rumahnya. Tante Sita, mas Rama dan seorang gadis cantik berambut pendek sedang makan siang bersama. Dikenalkan sebagai pacar pertama mas Rama.
Setelah itu, aku tak pernah lagi ke sana. Aku hidup berpindah-pindah mengikuti pekerjaan Ayah. Hilang kontak dengan teman-teman masa kecilku.
Telah lama aku, disini menunggumu
Tapi kau tak pernah tahu bahwa hatiku mencintaimu
Ingin ku teriak, kepada seluruh dunia
Agar semuanya tahu bahwa diriku mendambakanmu
Satu persatu aku temukan pada salah satu situs pertemanan. Sudah hampir 15 tahun kami ga ketemu. Yang perempuan-perempuan, kebanyakan sudah menikah, punya anak, tinggal bersama suami. Begitu pula yang laki-laki. Ada yang sudah menikah, ada yang jadi musisi, ada yang sukses bekerja di luar pulau, ada yang mengajar di luar negeri. Watta life…
Aku menemukan account mas Rama paling buncit. Karena meski aku sangat kagum padanya dulu, aku tak pernah berpikir untuk mengingat nama panjangnya, tanggal lahirnya, atau informasi lain mengenai dirinya. Atau dulu aku tahu, aku catat, tapi aku lupa menaruhnya dimana. Setelah lulus SMA, dia pindah ke luar kota untuk melanjutkan ke perguruan tinggi disana.
Terlihat dalam foto, wajahnya tak berubah. Matanya, senyumnya. Mungkin pengaruh dari seorang wanita cantik dalam pelukannya, yang belakangan aku tahu dari mama, adalah tunangannya.
Aku klik tombol Add as friend.
Dia meng’ignore-ku.
Aku klik lagi tombol Add as friend setelah aku mencantumkan private message, yang isinya mengingatkan siapa diriku.
Dia tetap meng’ignore-ku.
Aku kecewa. Entah apa alasannya, dia tampak seperti tidak ingin berhubungan dengan teman lamanya…yaitu aku. Karena teman-teman masa kecil yang lain sudah tampak nyaman berada dalam friendlist-nya.
Betapa letihnya hatiku menanti akan cintamu
Cinta yang aku tahu pasti tak mungkin terbalas
Akankah aku hidup dalam penantianku
Dia memang pada akhirnya bukan satu-satunya pria yang pernah aku damba. Beberapa orang telah masuk dan keluar dari hidupku. Tapi dalam hati, ‘cinta monyet’ku padanya masih ada, belum pernah padam. Aku menerima keadaan telah berubah sejak kepindahanku. Aku menerima keadaan kehilangan waktu untuk bersamanya di saat dulu. Dan sekarang yang aku ingin hanya, mengutarakan perasaanku yang sebenarnya, hingga aku tak perlu menyimpannya seumur hidup. Tak perlu jawaban.
Kesempatan itu tak pernah ada. Akhirnya saat dia melangsungkan pernikahan, aku mengubur dalam-dalam perasaan itu. Sudah tak sepatutnya aku mengharapkan dia.
~taken from Penantian Rahasia by Maia~
Monday, 22 August 2011
amoeba
Bersama kamu, Bayu, aku menjalani 333 hariku dengan rasa aman dan nyaman. Bersama kamu, Edo, 65 hari diantaranya penuh percikan asmara, cemburu dan rahasia. Aku mencintai kamu, Bayu, karena cuma kamu yang mengerti inginku, kelebihan serta kelemahanku. Aku mencintai kamu, Edo, karena cuma kamu yang mampu meluruhkan kesetiaanku.
hatiku tidak mendua, diriku lah yang membelah.
Saturday, 20 August 2011
ruang tunggu
andai aku tak pernah mengenalmu, aku tak bisa belajar hal-hal yang baru. andai aku tak pernah mencintaimu, aku tak akan merasa sakit saat kau tinggalkan. andai aku tak berlapang dada, aku pasti telah membencimu.
tapi inilah aku,
aku pernah mengenalmu, sehingga aku bisa belajar hal-hal baru. aku pernah mencintaimu, sehingga aku mampu merasakan sakit saat kau tinggalkan. aku telah berlapang dada, sehingga aku tidak bisa membencimu.
jadi,
sekasar apapun perkataanmu,
sekeras apapun nada bicaramu,
sekuat apapun dirimu berusaha menjauhkan aku,
sekalipun aku bilang membencimu...
tidak,
aku tak akan pergi.
Friday, 19 August 2011
i'm just not that into them
Romeo (ex No 1): smart, pemalu, anti rokok, mata tajam, tapi menyukai teman lain yang sekampus.
Yose (ex No 2): kaya, open minded, perokok, royal, tapi terlalu “agresif”.
Mono (ex No 3): musisi, ganja, cool, gondrong, tapi memutuskanku untuk cewek lain.
Ben (ex No 4): basket, tinggi, matre, anti rokok, nafsu tinggi, tapi playboy.
Stan (ex No 5): musisi (lagi), anti rokok, loyal, open minded, sporty, tapi lebih suka backstreet.
Arya (ex No 6): 10 tahun diatas, dewasa, mapan, royal, humoris, tapi terlalu “tenang”.
Reno (ex No 7): peminum, pekerja keras, pengorbanan tinggi, posesif tapi kerap berkata kasar.
“Akhirnya…dapet juga nih dvd”. Aku siap-siap nyalain dvd player dan tivi.
“Apa fungsinya ni daftar mantan…?” Mona membaca tulisanku di kertas buram di atas tempat tidur. Ia hafal banget nama-nama yang tertera secara ia satu-satunya sahabat wanita dan tempat pembuangan “sampah” ku.
“…ga ada gunanya, toh kamu tetep slalu mencintai orang yang salah..heheheh” Lanjutnya terkekeh.
“Yeeeiyy..emang situ dah dapet yang perfect gituh. Bukan salah, sayang…mungkin mereka bukan untuk aku”.
“Kamu terlalu mudah jatuh cinta, tapi mudah menguap juga tu cinta”
“Sapa bilang, sama Stan terhitung tahunan…menguap gimana?”
“Jadi masih cinta nih?”
“Gak”
“Boong”
“Terserah”
“By the way, napa nama Eno ga da disini. Harusnya cantumin juga donk. Katanya evaluasi, berarti berlaku dari yang tempo dulu hingga sekarang”.
“Suka-suka saya Mona, namanya juga coret-coretan. Mo di tulis, mo engga..ya bener ga da guna. Karna ga mungkin juga kalo mo jatuh cinta mesti liat list dulu”
“Lha trus ini, dibuang aja ya” dia mengayun-ayunkan kertas kecil itu di atas tempat sampah.
“Jangan donk bo’, blom slese…” Aku merebutnya kembali.
“Biz, buat apa inget-inget yang dulu lagi?”
“Bukan inget-inget, cuma salah satu cara buat evaluasi…diri, Mon. Orang seperti apa sebenarnya yang aku inginkan…”
“Eno?. Bagaimana dengan dia, coba kamu tulis…tar kita rangkum bareng-bareng hihi”
Ah, jadi ketahuan Mona deh. Gara-gara aku agak teledor nih…
Eno (ex No 8): pekerjaan tetap, perokok, loyal, pengorbanan tinggi, suka “keindahan” (seksi-red…sebenarnya sih smua cowok pasti bgitu, termasuk nama-nama di atas), pernah ga jujur, tapi lalu bersikap sok dewasa dan mulai menuntut.
“Okay, kamu suka yang smart…nyambung lah ya. Trus, open minded, jujur, loyal pasti ya…hmm, humoris, sporty, beberapa mantan tidak merokok dan kamu memilih itu lebih baek, ngemong…so, jangan pilih yang daun muda…”
“Eh, daun muda blum tentu ga dewasa…”
“Sssstt..lanjut ga?”
“….”
“Ga suka yang alim-alim banget, cenderung ke bad boy…lebih bikin penasaran. Mm, yang ga terlalu “agresif” juga ga terlalu “tenang”. Posesif, karna pada dasarnya kamu lebih suka diatur…”
“Dilindungi…”
“Lanjut. Meski bukan musisi, minimal bisa maen alat musik. Ingin “diakui”, brarti mengharapkan bisa deket dengan keluarganya. Royal, semua cewek pasti suka yang ga pelit-pelit banget apalagi matre, hahaha…”
“Yea, ga kliatan pas pedekate…”
“Ganteng?…”
“Yang ga ngebosenin aja…”
“Orang yang mau berkorban, menerima apa adanya dirimu, dan ga penuntut”
“Sepertinya begitu, banyak ya…heheh”
“Aliyaaaah, dirimu sendiri ga suci-suci amat, kadang kurang peduli dan males buat kompromi, masa cowok idamanmu kayak gini modelnya, bisa mati muda dia”
“Ga harus kok. Pastinya aku akan lakuin apapun kemauannya, KALAU dia juga mau menuruti kemauanku…”
“Dasar egois!”
“Biarin, cariin calon suami buatku donk Mon…”
“Kriteria terlalu berat, ogah..mending cari buatku sendiri!”
“Hoho, yadah nonton He's just not that into you aja yuuuk"
Thursday, 18 August 2011
rumput tetangga lebih hijau
Suatu hari seorang teman tersenyum lebar. Teman yang lain menyoraki minta traktiran. Damn, ia mendapatkan sesuatu yang aku inginkan dari dulu. Dan dengan bangganya ia menceritakan ke semua orang. Ego saya berbicara dalam hati, “Cukup deh, masih ga puas juga kamu pamer dan ga ngerti gimana perasaanku?” mungkin ini timbul karena aku merasa aku bukan orang yang suka show off kalo punya sesuatu yang baru dan membiarkan orang-orang tahu sendiri tanpa harus berkoar-koar dan bikin pengumuman, jadi aku suka risih sendiri kalo ada yang begitu.
“Dasar sombong,”
Atau
Aku yang kelewat iri?
Suatu ketika ada teman pula yang bercerita, kalo dia pengen pindah kerja hanya karena “cuma” bergaji 4 juta sekian sedangkan temannya yang lain bergaji 6 juta sekian di perusahaan lain (itu baru level staf bukan supervisor atau manager). Aku bilang aja, “Udah deh syukurin aja, toh kamu baru masuk ini. Tar kalo da promosi pasti naek juga tu gaji, belom lagi tunjangan kesehatan, pesangon, pensiun seumur idup sampe mati…” Taruhan deh, meski dia bergaji 10 juta ngalahin temennya itu pasti tetep aja dia ngeliatnya ke atas, iri ma yang gajinya 15 juta mungkin.
Sudah jadi sifat dasar manusia sering ga puas dengan apa yang sudah ia miliki. Tentang apa aja deh, fisik, materi, keluarga, kesehatan, pasangan dan lain-lain. Milik orang lain selalu tampak hebat di mata seseorang. Iri ada bagusnya sih, kalo hal itu dibikin untuk memacu semangat berbuat atau menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Tapi engga banget deh kalo iri ke arah yang negatif. Ini salah satu kebesaran Tuhan memberi berbagai emosi pada manusia, tinggal gimana mereka mengolahnya.
Balik yang tadi, apa aku kelewat iri?
Bersyukur emang susah ya, tapi kalo dilanda api “iri” aku akan mengalihkan perhatianku ke tempat lain. Suatu tempat yang pastinya lebih rendah dari tempatku berdiri dan sementara waktu enggan mendongak ke atas. Berkata dalam hati, “Itu yang aku inginkan, tapi jika aku ga mendapatkannya, berarti bukan itu yang aku butuhkan”
Dan aku yakin, teman yang mendapatkan sesuatu yang aku inginkan itu, pasti ada satu dua hal yang bikin dia iri juga sama kelebihan aku…haha, pede banget yak..namanya juga, rumput tetangga akan selalu lebih hijau.
Saturday, 13 August 2011
emosiong
aku cuma mau marah disini, nobody wouldn't notice if i ain't share it to the social network right?..ada berapa orang sih yang rajin nengok babimerahmuda-ku?
so yeah, aku pengen marah.
marah karena selalu aku yang disalahkan tanpa mau melihat dan introspeksi dirinya sendiri.
marah karena aku capek harus hormat dan ngertiin orang lain tanpa dihormati dan dimengerti balik.
marah karena aku capek harus ngalah hanya karena aku perempuan dan lebih tua.
marah karena aku sudah ikhlas kalo memang dilepaskan tapi faktanya aku selalu diminta kembali.
aku marah kenapa begitu memuja dia yang tak memujaku
so yeah, aku pengen marah.
marah karena selalu aku yang disalahkan tanpa mau melihat dan introspeksi dirinya sendiri.
marah karena aku capek harus hormat dan ngertiin orang lain tanpa dihormati dan dimengerti balik.
marah karena aku capek harus ngalah hanya karena aku perempuan dan lebih tua.
marah karena aku sudah ikhlas kalo memang dilepaskan tapi faktanya aku selalu diminta kembali.
aku marah kenapa begitu memuja dia yang tak memujaku
Subscribe to:
Posts (Atom)