Wednesday 20 June 2012

penguntit

Satu hari.

Seorang lelaki, tiba-tiba berdiri disampingku entah kapan dia lewat dan berhenti lalu bertanya, "Kamu mau saya antar?"

Aku yang memang sedang berdiri galau di balik gapura ujung gang karena angkot tak kunjung lewat akhirnya menoleh ke arahnya. Orang ini. Aku (hanya) mengetahui sosok dan namanya karena dia adalah salah satu tetangga di kampung. Tapi rumahnya yang mana, keluarganya bagaimana, teman-temannya siapa, aku tak tahu. Aku memang jarang bergaul dengan tetangga.

Oh iya, yang aku tau juga tentang orang ini, dia pernah menebak warna bra aku dengan benar. Juga "mengintip" kepribadianku padahal kami ngobrol aja ga pernah. Semuanya dia ungkapkan pada seseorang yang kini sudah jadi mantan. Tau darimana?? kuatir aku kalo dia punya ilmu gaib :/


Aku menjawab, "Tidak terimakasih."

Walau galau, aku tidak mau diantar oleh orang asing. Tetanggaku sekalipun.

Setelah tawaran yang bernada memaksa kesekian kali terucap dari mulutnya, angkot lewat. Ciao, aku meninggalkan dia sendiri.

Lain hari.

Beberapa waktu lalu, aku sempat tahu dia ada di gerbang depan kantorku berada. Aku berkesimpulan, bahwa pasti dia sempat mengikuti angkot yang kunaiki.

Hari ini, aku dalam posisi prima berangkat kantor sebelum akhirnya aku melihat dia duduk di bawah pohon beberapa meter sebelum aku. Dengan percaya dirinya dia mencegat semua angkot bercat kuning kecoklatan dan menyerahkan beberapa lembar seribuan, lalu berkata dengan gerak bibir yang sulit kuterjemahkan.

Sebagai informasi, angkot itu bernama Lyn P. Ga banyak yang tahu, bahwa Lyn P terbagi menjadi 5 kelompok, yang masing-masing bergilir melewati trayek yang sudah ditentukan. Terminalnya antara di Joyoboyo-Petojo-Kenjeran. Nah, yang aku naiki harus yang ada papan bertulis Kenjeran agar sampai pada tujuan. Dia gak paham dengan hal itu, entah berapa duit yang dia habiskan.

Kira-kira kamu tahu apa yang dia sampaikan ke pak supir?.
Ada dua kemungkinan. Satu, dia berniat membayariku ongkos angkot. Dua, dia tidak mengijinkan si pak supir berhenti saat aku mencegatnya, dan sebagai kompensasi kehilangan penumpang, dia membayar terlebih dahulu.

Kalau membaca dari awal aku menulis, apakah pikiranmu sama denganku??

Aku tak kehabisan akal. Walau harus oper angkot 2 kali, aku rela. Asal dia tidak berhasil membuatku terlambat sampai kantor, karena percuma saja aku tidak akan menyerah lalu menerima begitu saja untuk diantar olehnya.

Hari ini.

Dia belum menyerah. Oke, kalau persoalan ini saya ceritakan ke orang-orang, bukannya membelaku mereka malah menjadikan hal itu sebagai bahan guyonan.

"Itu karena dia suka sama kamu. Naksir...Hahahah"

Dulu aku pernah berangan-angan, punya pengagum seru kali ya. Dia rela menghadiahi perhatian, menemani kemana-mana... tapi dengan si dia ini, sumpah aku takut. Alih-alih mengatakan apa yang dia inginkan sebenarnya, dia lebih suka memata-matai aku. Kadang terpergok sedang mondar-mandir di depan rumah. Pengagum yang ini mimpi buruk, saudara. Lebih pantas dikategorikan stalker daripada secret admirer. Bahkan dia ga takut buat menoleh saat aku sedang bersama kekasih.

Kekasih...mana kekasih??. Dia cuma memonitor dari jauh. Aku berharap dia melakukan yang lebih suatu saat nanti. Biar dia tau rasa.

Setelah sekian minggu, aku memberanikan diri memberhentikan angkot di belakang motornya berhenti. Aku berjalan mantap menuju arahnya. Dia sesekali mengintip dari kaca spion. Sebelum dia kabur, aku berhasil berdiri di sebelahnya dan berteriak,

"MAKSUDMU APA NGIKUTIN ORANG KAYAK GITU!!!???. SEKALI LAGI AKU TAU KAMU NGIKUTIN AKU PANGGILIN POLISI!!!!,"

Kaca helm ditutup. Dia menjawab, "Gada maksud apa-apa,"
Lalu dia memutar motornya ke kanan.

Motor berplat No L 5910 F.

Nafas ku menderu. Mungkin wajah ini uda berubah jadi wajah babi hutan. Biasanya kalau lagi marah hidungku membesar dan mendengus-dengus. Ga peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang lewat dan mungkin mengira kami pasangan yang sedang bertengkar. Uuh, aku belum sempat kasih bogem mentah ke dia.

Mang brani?, gini aja uda deg-degan sampe ga bisa nafas. Saking emosinya.

Awas aja kalo aku liat dia lagi besok-besok.

No comments:

Post a Comment